Mumpung lagi gak males nulis dan lagi mood, lanjutin ya seri "Sharing Food Photography"nya ;).
Waktu
Nia dan
Re nanya soal komposisi dan styling, gue agak bingung menjawab. Kenapa? Karena sebenernya gak ada jawaban yang pasti untuk semua ini *tsaahhh gayanya bahasa gue*. Banyak buku tentang food styling. Ujung-ujungnya akan kembali ke soal selera dan subyektif sifatnya. Learning by doing dan belajar serta mengamati karya orang lain, menurut gue jauh lebih penting. Gak ada soal benar salah di sini. Gue cuman akan share beberapa hal yang perlu diperhatikan aja soal komposisi dan styling.
A. Mood/TemaGimana caranya ndapetin ide? Tentukan dulu mood yg ingin didapatkan. Misalnya : ceria, klasik, busy day, playful, summer, winter, romantic, natural, colorful, christmas, lebaran, lazy day, kegiatan selesai masak, kegiatan preparasi masak/baking, elegan, simple, minimalis, dsb, banyaklah pastinya. Ini akan sangat mempermudah kita dalam pemilihan properti pedukung dan menentukan ambiance yang ingin ditampilkan.
Ide dari foto ini, adalah gue ingin menampilkan sesuatu yang playful dan girly, melihat bentuk cookies yang seperti button, menimbulkan ide untuk membuatnya seperti bros atau jepit rambut. Maka gue memilih elemen pendukung berupa pita, kalung dan bros dengan nuansa pink.
Sementara di foto ini, gue ini menggambarkan kehangatan musim dingin melalui segelas hot chocolate (hehehe....padahal di sini lagi summer puanas puooll!). Properti pendukung, gue cari yang ada relasinya dengan kegiatan musim dingin, misalnya merajut. Item lainnya adalah penggunaan chopping board kayu untuk memperkuat kesan hangat, dengan aksen lipatan tissue hijau.
B. Elemen pendukung/properti
Kalo udah nemu moodnya, pikirkan elemen pendukungnya. Dalam hal ini properti. Sesuaikan dengan mood atau tema yang kita pilih dan jenis makanan yang akan difoto. Pikirkan relasi antara makanan dan elemen pendukung. Misalnya : telur rebus relasinya dengan apa? Breakfast misalnya. Ok, kita siapin secangkir teh panas, roti, botol garam dan merica. Pokoknya apa yang bisa direlasikan dengan sebutir telur rebus.
Contoh :
Waktu akan menentukan konsep foto ini, gue mencari relasinya COOKIES itu apa? Salah satu yang muncul di benak gue adalah COOKIES related ke anak-anak. Apa yang berkaitan dengan anak-anak? Boneka, mainan, kotak mainan, dll. Akhirnya gue memilih beberapa boneka mini anak gue dan kotak mainan mereka, diberi aksen te towel hijau.
Di foto ini, Vania menggunakan relasi MUFFIN dengan susu dan breakfast. Dengan kreatif beliau mencoba menggunakan botol susu siap minum sebagai elemen penunjang.
Tips :
1. Paling aman memang memilih peralatan makan warna netral, seperti putih. Kalo punya budget lebih silahkan hunting piring-piring, sendok garpu dan gelas berwarna.
image courtesy of Vania
Contoh penggunaan piring dan alat makan berwarna putih yang tetap terlihat cantik :
Untuk memberikan aksen pada penggunaan warna putih, Elsye memilih taplak meja kuning dan meletakkan tomat di sisi kiri atas. Warna merah tomat dan kuning dari taplak membuat foto ini menjadi hidup.
Aksen pita ungu dipilih Arfi untuk memecahkan kekakuan dari dinginnya meringue putih, piring putih dan background putih.
Mindy mencoba menata piring putih beraneka bentuk supaya tidak monoton.
Permainan gelas putih yang dilakukan Vania ini terlihat cantik. Elemen gantungan teh yang berwarna-warni memberikan aksen pada polosnya putih. Penataan dengan kuping gelas mengarah kepada teko di belakag/background adalah pilihan yang jenius. Menunjukkan darimana teh-teh ini dituang.
2. Chopping board kayu kalo buat gue wajib dimiliki. Chopping board ini selalu terlihat cantik dalam banyak mood/tema. Item ini merupakan dewa penolong buat gue.
Liat deh foto-foto cantik dengan elemen chopping board, cantik kan?
Image courtesy of (searah jarum jam dari kiri ke kanan) : Sylvie Gill, Elsye Suranto, Vania, Dita, Arfi Binsted, Dita
3. Warna-warna background (bisa berupa kain, bisa berupa kertas/karton) yang wajib dimiliki : putih dan warna-warna pastel, coklat, hitam, abu-abu. Warna-warna netral cocok untuk semua jenis makanan, sementara warna pastel yang ceria cocok untuk cookies, ice cream dan cake (tapi inget juga, mood yang ingin didapatkan apa). Feel free untuk bereksperimen. Mix n match mana yang cocok. Gue pernah bereksperimen tabrak motif seperti ini :
image courtesy of Dita
Kunci dari permainan tabrak motif adalah : gunakan warna-warna dengan tone yang sama. Pada foto di atas, gue bermain dengan warna hitam putih. Piring yang gue pilih adalah piring hitam dengan polkadot putih, piring putih dengan aksen hitam dan loyang berwarna hitam polos. Warna merah gue gunakan untuk memberikan aksen dan membuat foto lebih hidup.
4. Miliki beberapa item bernuansa etnik.
image courtesy of Vania
5. Properti bernuansa kayu juga sering digunakan. Paling nggak, mangkok, sendok dan garpu kayu.
image courtesy of (kiri ke kanan) : Dita, Rita Bellnad, Mindy Jordan
6. Aksen tanaman atau bunga bisa membuat suasana menjadi hangat, menimbulkan kesan cantik dan memecahkan suasana kaku dan dingin.
image courtesy of (kiri ke kanan) : Rita Bellnad, Elsye Suranto, Dwiana, Arfi Binsted
7. Miliki beberapa serbet atau tea towel dalam warna netral.
Ini beberapa koleksi tea towel gue yang jumlahnya gak genap :D, rata-rata cuman ada 1 piece.
image courtesy of Dita
C. Styling
Setelah itu, pikirkan styling makanannya. Yang agak tricky kalo kita berurusan sama hasil cooking. Sayur yang tadinya tampak segar, begitu diolah bisa jadi keliatan layu, warnanya pudar dan tampak gak menarik.
Tips :
1. Ambil foto makanan fresh dari oven atau begitu selesai dimasak. Apalagi masakan (gue paling males soalnya rada ribet musti ekstra fokus dan ekstra treatment), jangan tunggu sampai berjam-jam kemudian. Penampakan fresh yang menggugah selera besar kemungkinan didapat setelah selesai dimasak.
image courtesy of (searah jarum jam, kiri ke kanan) : Arfi Binsted, Eliza, Eliza, Dita
2. Untuk foto makanan sejenis capcay atau model-model stir fry, begitu setengah matang, warnanya masih segar dan belum layu, sisihkan semangkuk untuk dijadikan obyek foto. Sebelum difoto, olesi sayuran dengan minyak goreng supaya terlihat mengkilat.
image courtesy of (searah jarum jam, kiri ke kanan) : Dita, Elsye Suranto, Dita, Dita
3. Jika memotret masakan berkuah jangan biarkan kuah memenuhi mangkuk sampe-sampe makanan keliatan becek kelelep kuah, gak menggugah selera. Usahakan kuah hanya setengah mangkuk dan isinya bisa terlihat. Maksudnya kalo menata opor ayam ya ayamnya keliatan, kalo menyajikan sayur asem ya sayurannya keliatan dst.
image courtesy of Mindy Jordan
4. Jaga kebersihan. Perhatikan apakah ada cipratan masakan yang tidak diinginkan dan bisa merusak suasana. Hal ini boleh diabaikan kalo memang mood dan temanya messy. Atau memang "noda" atau "cela" tidak berdiri sendiri di tengah-tengah setting rapi ala tante Martha Stewart. Terkadang serbet yang terlipat seenaknya, sendok yang berantakan, alas kertas yang kusut, saus yang tumpah, botol merica yang terguling bisa memberikan kesan homey dan natural. Balik lagi ke mood/tema yang ingin ditampilkan kan?
contoh foto-foto dengan mood messy :
image courtesy of (searah jarum jam dari kiri ke kanan) : Dita, Dita, Dita, Arfi Binsted, Sheila, Dita
Ada coklat yang berantakan, botol yang terguling, potongan delima, lelehan adonan, gigitan kue, kertas yang lecek, dll.
Coba mampir ke sini, untuk melihat jenis-jenis foto messy yang progresif, bold dan berani.
5. Sedia lap untuk membersihkan tangan di area foto. Kadang kita asik-asik atur-atur makanan, tangan colak colek sana sini trus megang kamera.....hiyaaaa....akhirnya minyak dan remah-remah makanan nempel di kamera. Kalo gue pribadi, suka males bawa lap, akhirnya baju jadi korban.....kakakakakkkk.... Jangan ditiru ya, jorok!
D. Komposisi
Okeh *narik nafas panjang*, sampailah kita di tahapan yang agak sedikit membuat berkeringat :D. KOMPOSISI. Yup, tata letak yang membuat sebuah foto jadi enak dilihat. Terus terang gue puyeng dan capek baca-baca teori komposisi seperti spiral perspective, "a" perspective, dll. Kalo ada yang punya bukunya Lou Manna "Digital Food Photography", teori-teori kayak gini ada di situ. Buat gue pribadi, kuncinya sederhana : KESEIMBANGAN. Teori-teori itu cuman sekedar wawasan aja.
Tips :
1. Meletakkan properti dan menata meja adalah sebuah seni tersendiri. Keseimbangan maksudnya dalam meletakkan elemen-elemen pendukung tidak menjadikan sebuah foto terlihat terlalu berat di satu sisi. Misalnya terlalu berat di bawah, terlalu penuh di samping, terlalu riweuh di atas, dst. Dalam food photography ada istilah repeat. Repeat mengacu pada obyek yang bisa menyeimbangkan obyek lainnya. Obyeknya tidak harus selalu sama dengan obyek yang direpeat. Contohnya :
Foto hasil jepretan Rita Bellnad ini repeatnya jelas sekali. Mangkuk berisi kering tempe di kanan bawah di repeat dengan mangkuk berisi piring tempe juga di kiri atas. Lalu sendok kayu di repeat dengan vas berisi bunga. Seimbang kan?
Foto hasil jepretan gue ini me-repeat gelas putih dengan koran. Piring gak perlu di repeat karena letaknya sudah seimbang di tengah.
Di foto gue ini, piring berisi ayam di depan yang tidak center di repeat dengan keberadaan botol susu di kiri atas. Kemudian jeruk utuh di kanan belakang di repeat dengan potongan jeruk di depan supaya komposisi jadi seimbang. Coba kalo potongan jeruk di depan itu di buang, pasti jadi gak seimbang.
Di foto milik Rita Bellnad ini, garpu di repeat dengan gelas di belakang. See, repeat gak selalu harus dengan benda yang sama, kan?
Kalo ini contoh foto yang rada gak enak dilihat karena kurang seimbang, ada yang tau gak seimbangnya di mana?
Di foto gue ini ada satu bidang kosong di pojok kiri bawah. Sebaiknya pojok kosong itu gue isi dengan cookies untuk me-repeat tutup toples dan gelas di kanan belakang. Foto ini terlalu berat di sisi kanan.
2. Yang perlu diperhatikan juga adalah permainan grafikal atau ilusi grafikal yang membuat foto jadi seimbang. Permainan grafikal bisa didapat dari peletakan obyek makanan seperti ini :
Untuk menyeimbangkan foto gue ini yang cenderung berat ke kanan (gimana gak berat....ada tissue dengan motif circular, ada mangkok berisi sajian dan ada sendok. Semuanya cenderung di kanan), gue meletakkan lemon di pojok kanan belakang dan mengarahkan sendok ke arah kiri belakang.
Irma memanfaatkan motif garis-garis pada taplak biru untuk mengarahkan obyeknya. Gelas puding dan sendok ditata mengarah ke kiri atas. Lihat arah gelasnya kan dengan dengan kuping gelas berada di posisi bawah, seolah gelas mengarah ke atas? Untuk mengisi bidang kosong, Irma meletakkan sendok di kanan atas.
Sheila menata piring-piringnya membentuk garis lurus ke arah belakang.
Sementara gue, mencoba bermain dengan garis diagonal dan permainan elemen lingkaran dari kertas tissue, muffin disusun sejajar mengikuti garis-garis alasnya.
Atau peletakan properti pendukung, seperti arah sendok, garpu, sumpit, kuping gelas, serbet, dsb. Contohnya :
Sumpit sengaja gue tata untuk mengarahkan perhatian orang terus ke belakang, ke arah makanan di belakang. Jadi mata orang gak lari saat ngeliat foto ini
Sendok dan piring ditata Rita Bellnad membentuk pattern segitiga dengan repeat yang sama di obyek belakang.
Peletakan sendok, memperkuat foto puding ini ke arah kanan. Tapi Elsye berhasil menyeimbangkannya dengan meletakkan bunga di pojok kiri atas, sehingga foto gak jadi berat ke kanan.
3. Foto cantik tanpa elemen pendukung macam-macam pun bisa saja didapat dengan tetap memperhatikan efek yang menerbitkan air liur dan PERMAINAN CAHAYA. Ini contoh obyek individual tanpa permainan props macem-macem. Tetap menggugan selera kan? :
Kiri ke kanan :
Riana Ambarsari, Elsye Suranto,
Dita,
Eliza, Dita
Elsye Suranto
4. Extreme close up untuk food photography sebaiknya jangan terlalu sering digunakan. Gak keliatan ambiance dan mood yang ingin dibangun soalnya. Dan kalo buat gue sih, fotonya jadi gak berbicara banyak/bercerita. Terlalu close up sampe bentuk aslinya gak keliatan.
Sounds complicated??? Memang gak sesederhana yang dibayangkan kan. Tapi kalo udah terbiasa, semua akan otomatis dan mengalir dengan sendirinya kok....by feeling aja. Gue juga gitu kok kadang udah main feeling aja. Keep practicing dan rajin ngliatin karya orang aja.
Terus, apakah foto yang bagus selalu dihasilkan dari segala tetek bengek ini? Nggak kok. Minimalis juga bisa jadi bermakna. Hanya dengan sebuah background putih dan properti sederhana. Semuanya tergantung dari tujuan yang ingin kita capai. Kuncinya ada di permainan cahaya dan penataan makanan yang artistik. Foto-foto model begini bagus untuk keperluan packaging, daftar menu resto dan buku resep karena yang utama di sini adalah fokus ke makanannya. Atau kalo kita mau jualan foto ke stock agencies, biasanya mereka seneng dengan foto-foto background putih supaya mudah di edit.
image courtesy of Dita
ini contoh product shot :
image courtesy of (kiri ke kanan) : Sylvie Gill, Regina Budiardjo
Sampe sini dulu ya. Nanti malah makin luas pembahasannya, karena bakal nyangkut-nyangkut juga di urusan trend dalam food photography, penggunaan DoF untuk menonjolkan obyek, dst. Jadi yang ini sampe sini dulu aja ya. Pelan-pelan aja belajarnya.
Seperti yang udah gue bilang di atas bahwa urusan ini subyektif sifatnya (lebih asyik learning by doing, mlototin cooking book/majalah-majalah cooking dan memperhatikan karya orang lain), maka gue banyak menggunakan contoh karya-karya cantik milik temen-temen gue yang berbakat.
Thanks to my talented friends : Arfi Binsted, Dwiana, Vania, Eliza, Riana Ambarsari, Regina Budiardjo, Sheila, Irma, Elsye Suranto, Mindy Jordan, Rita Bellnad, Sylvie Gill atas kemurahan hati dan ijinnya sehingga gue bisa menggunakan karya-karya hebat mereka dalam tulisan ini.
Sharing Food Photography lainnya :
1. Memaksimalkan Fungsi Kamera Saku Digital
2. Resep Mengenal ISO
3. How Do I Shoot My Foodie Pics?
4. Mengenal Depth of Field