3.22.2010

Klarifikasi IN AzNa Books

Kalau semua pencuri foto pada akhirnya meminta maaf begini, kapan kasus ini akan selesai? Pencurian foto akan berlanjut terus. Dan orang-orang tak bertanggung jawab ini tak pernah belajar. Sudah saatnya Foodie Blogger lebih keras memberikan "pelajaran".

Berikut adalah jawaban In AzNa Books atas e-mail keberatan saya :

2010/3/22 IN AzNa Books

Dengan ini, kami atas nama redaksi penerbit IN AzNa Books, mohon maaf yg sebesar-besarnya atas kejadian ini, krn kami tdk tahu klo ternyata foto cover 101 resep minuman adlah hak milik anda. Mohon harap dimaklumi, krn kami penerbit kecil yg blm bisa menggaji desainer cover (karyawan) dan masih order cover ke luar. Jd kejadian ini di luar dugaan kami. Oleh sbb itu, kami sungguh2 memohon maaf yg sebesar2nya. Smoga kejadian ini mnjadi masukan ekstra penting bagi kami agar tdk terulang lagi. Semoga Anda dpt memaklumi dan dg lapang hati memaafkan kekhilafan kami. Salam sukses dan sejahtera selalu untuk Anda. Trima Kasih.


Hormat kami


Redaksi IN AzNa Books

8 comments:

  1. Halah, selalu deh alesan "orang kecil", "ngga bisa afford apa2" dipake. Emang ngga punya kesadaran copyright aja makhluk2 ini.

    Ini sama aja kayak maling, udah masuk rumah, ngambil barang, ketangkep, terus alesannya "maaf, saya khilaf. kejadian ini di luar dugaan kami."

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:23 AM

    eh kiss ma ass.. enak ajeeeeeeeeeeeee... gak tau apa mereka poto2 kudu penambahan lighting kalo gelap, pake aluminium sgala, nungging-nungging, bayi rewel, blom temen2 yg dateng "tetangga salmiya" cerewet :D hehehe.. kl maaf doank berlaku sih penjara sepi mamin.. gak ngaruh penerbit kecil or gede keuntungan kan mereka pasti dapet, lah dirimu yg ada gondok doank,n sakit hati... minta pertanggung jawaban mamin,gak cuma kata maaf..which is smua org bisa! nanti gw bawa arak2 salmiya untuk demo kalo perlu ;)

    <3LicioUSz

    ReplyDelete
  3. Alasannya gak banget dan tidak profesional. Kelihatan tidak mau bertanggung jawabnya banget.
    Kelakuan jelas-jelas udah kayak maling, maunya dimaklumi saja. Gak sopan!!
    Bukannya inisiatif apa gitu buat kompensasi, tapi seakan-akan bertindak bahwa kelakuannya mereka bisa dimaklumi dan dimengerti.
    Gak punya etika..
    Sabar ya bu.. Semoga gak ada kejadian kayak gini lagi.

    ReplyDelete
  4. Okey, minta maaf sudah cukup? Dalam konteks ini, kayaknya ndak sih ya...

    Kalau "krn kami tdk tahu klo ternyata foto cover 101 resep minuman adlah hak milik anda" itu jadi sebuah alasan, kok kayaknya gimana gitu ya. Saya bukan penulis buku (apalagi penerbit!), saya malah jadi penasaran, lha selama ini komunikasi penerbit diatas dengan penulisnya bagaimana? Kok kayak lepas tangan gitu ya...

    APALAGI, ditambah dengan alasan penerbit kecil, karyawan gajai kecil(?).

    Bukan bermaksud menuduh, kok ada kesan bahwa ini bukan pertama kalinya ya dilakukan oleh penerbit yang bersangkutan. Sialnya saja kali ini benar-benar ketahuan (?)

    Tidak terulang lagi? Hmm... are 'you' sure?! Penasaran caranya biar kejadian itu tidak terulang lagi (oleh penerbit).

    ReplyDelete
  5. "Warga negara Indonesia, sama semua di mata hukum".

    Kita sering menggunakan kalimat itu utk membidik 'ORANG2 BESAR' yang kebal hukum.

    Tapi skrg kalimat itu harus kita gunakan juga untuk melawan 'ORANG2 KECIL'yang memaksa kita permisif karena ke-orangkecil-annya.

    Gak heran banyak maling kemudian pas ketangkep alesannya: "Buat ngasih makan anak saya pak, dah 3 hari gak makan..."

    -Balada Orang Kecil Tidak, Besar Juga Tidak-

    ReplyDelete
  6. hmmmmmmm ?? non sense banget sih alesan nya, capek ah cuma minta maaf ajah..

    ReplyDelete
  7. "...kami penerbit kecil yang belum bsia menggaji designer cover..."

    Gimana dgn kita ? Kita lo jg ga bisa bayar fotografer buat motret makanan kita yg mo dipasang di blog. Bahkan kita sendiri yg uji resep, nulis artikelnya juga, sendiri loh ! Semua dari sebuah proses yaitu BELAJAR. Aku rasa mereka harus terlebih dahulu belajar apa itu BELAJAR. Apapun itu, niat tidak menghalalkan cara....

    ReplyDelete
  8. Ditut, ini hasil wawancara terhadap sumber yg aktif bergerak dalam percetakan di Jogya - termasuk seorang penulis lepas speedwriter (nama disembunyikan):

    "..Memang banyak sekali penerbit amburadul, Mas..! Kantor kayak kos-kosan dengan satu komputer. Mereka terima naskah apa aja asal laku. Biasanya satu naskah yang diserahkan, dibuat penulisnya selama satu-dua minggu. Paling laku buku2 tentang doa, perempuan shaleh, dan tips-tips. Buku novel juga laku asal Islami dan pengarangnya rada Arab namanya. Gimana cara bikin seminggu 1 buku? O itu mah gampang, Mas.... recycle aja dan pake nama samaran....Duit langsung bisa dibayar, Mas...tapi aku ga mau cetak ulang. Malu, aku"

    ReplyDelete

thanks for dropping by :)