3.22.2010
Home Food Photography : sebuah proses kreatif panjang (jangan asal 'comot' foto)
terimakasih untuk Rurie atas informasinya
Pencurian foto makanan terjadi lagi. Kali ini menimpa saya. Foto Wedang Ronde saya digunakan tanpa ijin sebagai sampul buku "101 Resep Minuman hangat-segar-dingin" (diterbitkan oleh IN AzNa Books). Ini bukan kali pertama foto makanan saya dan teman-teman Foodie Blogger Indonesia digunakan tanpa ijin. Kasus ini sudah berulang ratusan kali dan masih terus berlanjut. Bukan hanya diperjualbelikan dalam bentuk buku tapi juga digunakan dalam blog-blog beriklan.
Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak Anda untuk memahami proses kreatif dibalik sebuah foto makanan yang dihasilkan lewat Home Food Photography.
Apa yang terlintas di benak kamu saat melihat foto makanan yang begitu menggiurkan dan menerbitkan air liur? Menggugah seleramu dan ingin memakannya?
Good! Berarti pesan yang ingin kami, para Foodie Blogger/Food Photographer, sampaikan mengena pada kamu. Dan tahukah kamu proses panjang dan kerja keras dibalik foto-foto makanan dan masakan itu?
Sebelum bercerita lebih jauh tentang proses pembuatan sebuah foto makanan, perkenankan saya untuk terlebih dahulu memperkenalkan komunitas Foodie Blogger/Food Photographer ini. Komunitas ini adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai passion di dunia masak-memasak/cooking/baking. Kami saling berbagi ilmu lewat blog. Makanya kemudian blog-blog masak ini dikenal dengan istilah Food Blog, yang biasanya isinya beragam rupa resep. Pada awalnya Food Blog memang hanya digunakan untuk sharing resep. Tapi dalam perkembangannya akhirnya Food Blog tidak bisa dilepaskan dari Food Photography. Dulu foto-foto makanan yang menyertai resep bukan elemen penting. Sekarang? Siapa yang tidak betah menjelajah sebuah blog yang isinya resep-resep disertai dengan foto-foto makanan yang cantik?
Dan akhirnya pada perkembangannya, Food Blog tidak lagi hanya berisi resep-resep makanan/masakan tapi juga berisi event-event online yang berhubungan dengan kemampuan mengasah ilmu Food Photography. Untuk event-event lokal Indonesia sebutlah SLF, Flickr KBB atau buat yang mau belajar Food Photography ada juga event online Home Food Photography, juga event-event lain yang sifatnya momentum. Atau silahkan bergabung dengan NCC Food Photography Club. Untuk perlehatan internasional ada event bergengsi yang rutin diadakan tiap bulan seperti Does My Blog Look Good In It (DMBLGIT) dan ,Click dengan juri-juri yang kompeten di bidangnya yang tak segan-segan memberikan kritik-kritik membangun. Dan event ini terbuka untuk siapapun yang memiliki Food Blog di seluruh dunia. Semakin sering mengikuti event-event seperti ini semakin terasah ilmu-ilmu Food Photography kami dan semakin banyak pula berkenalan dengan para Foodie Blogger dari belahan bumi lain.
Melalui event-event inilah kami belajar banyak dan mengeruk ilmu-ilmu Food Photography. Belajar mengenai lighting, komposisi, styling dan konsep sebuah food photos. Kami bukan sekumpulan Food Photographer profesional. Kami adalah para amatir (banyak di antaranya ibu-ibu rumah tangga) yang pada prosesnya akhirnya ada juga yang sukses menjadi profesional. Kami adalah sekumpulan Food Photographer amatir yang memiliki passion di bidang ini. Bisa kamu buktikan bagaimana seorang Food Blogger foto-fotonya bermetamorfosa dari yang menurut candaan seorang teman "wueleekkk tenan dari jaman asu ra enak" (jelek banget dari jaman anjing gak enak) sampai sekarang sudah bisa menghasilkan foto-foto ciamik ala majalah cooking atau ala buku-buku resep. Kunjungi food blog-food blog ini dan klik archive mereka saat mereka pertama kali berkomitmen membuat sebuah Food Blog. Njelehi (jelek) kalo kata kami. Dan kami tidak pernah malu dengan karya-karya foto kami yang dulu tampak menggelikan :).
Lalu apa yang dicari? Mengapa sebegitu repotnya sharing resep disertai foto-foto makanan yang begitu "niat"? Seperti kami bilang, kami adalah sekumpulan amatir. Jadi jawabnya adalah : Kepuasan batin! Bukan profit atau keuntungan yang kami cari. Kami sudah cukup puas berkenalan dengan begitu banyak orang-orang yang berbakat dalam jaringan ini, yang biasanya tak pelit berbagi ilmu, baik ilmu memasak ataupun ilmu fotografi makanan. Kami sudah cukup puas karya-karya kami bisa diakui dalam event-event online dunia. Ada kebanggaan tersendiri. Kalaupun kemudian karya kami digunakan/dibeli oleh penerbit buku atau majalah, itu adalah bonusnya.
Kami adalah sekumpulan orang yang mempunyai minat yang sama dalam bidang masak-memasak dan fotografi makanan dengan tujuan bukan untuk komersialisasi. Maka bisa kamu bayangkan betapa sedih dan kecewanya kami, jika karya-karya foto makanan kami dipergunakan dengan tidak bertanggungjawab (tanpa ijin dan penghargaan), terlebih lagi untuk tujuan komersil. Sampai-sampai ada yang mencetak buku resep masakan dengan mengambil foto asal comot dari food blog-food blog. Sungguh tak bertanggungjawab.
Jika kamu tertarik untuk mengetahui proses di belakang layar bagaimana sebuah postingan resep berikut foto makanannya dihasilkan, silahkan teruskan membaca tulisan ini.
Seperti sudah kami katakan,kami cinta dunia baking dan cooking. Kami senang mencoba berbagai macam resep baik yang didapatkan sendiri maupun resep-resep yang dibagi sesama Foodie Blogger. Untuk mencoba resep, kami harus berburu bahan, menyisihkan uang belanja dan meluangkan waktu kami di sela-sela kesibukan untuk berbelanja dan kemudian membuat sebuah makanan. Setelah uji coba resep, kami mendokumentasikan hasilnya. Proses ini juga tidak gampang. Seringkali di sela-sela kegiatan mengurus anak atau di sela-sela kegiatan belajar menjelang ujian, kami melakukan photo session. Untuk bisa melakukan sesi foto ini tentunya kami harus memiliki alat yang memadai. Kamera tentunya. Bila sudah cukup advance ilmunya kadang diperlukan juga lampu-lampu, reflektor, tripod, filter, lensa yang mendukung, dll.
Karena kami bukan profesional, kamera canggih dan alat-alat pendukung tidak dengan mudah dikumpulkan begitu saja. Butuh waktu bertahun-tahun mengumpulkan alat-alat itu. Dari menyisihkan uang belanja, menabung honor menulis di sebuah majalah masakan, menabung honor dari pemakai bertanggungjawab yang menghargai karya-karya kami, dan seterusnya. Hanya untuk mendapatkan sebuah lensa idaman, kami menabung bertahun-tahun.
Pada saat proses pemotretan, jangan kira bisa selalu berjalan mulus. Karena kami rata-rata ibu rumah tangga yang punya segudang kesibukan mengurus rumah dan anak-anak, kami harus bisa membagi waktu. Berkejar-kejaran antara cahaya matahari bagus dengan keinginan sang bayi untuk menyusui. Membujuk si anak untuk tidak mencolek-colek makanan yang sedang di foto ibunya. Atau di sela sesi foto tiba-tiba si kecil menumpahkan air atau kuah makanan yang sedang di foto. Hal-hal seperti ini, sudah akrab dengan kami.
emaknya asik motret, anaknya numpahin susu buat ngepel
sesi foto di sela-sela mengurus anak
Jangan kira saya dan teman-teman punya studio foto khusus. Semua dilakukan di ruang tamu, ruang makan, dapur, bahkan ada yang melakukan proses ini di kamar mandi karena kebetulan cahaya bagus hanya ada di kamar mandi. Kami sering menyebutnya studio odong-odong yang bisa berpindah-pindah tergantung cahaya matahari bagus ada di mana. Ini contoh studio odong-odong teman-teman Foodie Blogger.
ini studio odong-odong saya
kadang gak perlu macam-macam setting, cukup bangku tinggi sbg pengganti meja
Kalau kita bicara fotografi makanan tentu tidak lepas dari properti. Bagaimana sebuah foto dapat terlihat menarik dan breathtaking, tidak bisa dipungkiri ada campur tangan properti di foto tersebut. Properti bisa berupa apa saja, dari piring makan, mangkuk, gelas, botol, teko, serbet makan, talenan, sayur, buah-buahan, dll. Barang-barang ini juga kami kumpulkan sedikit demi sedikit. Coba kamu tanya Foodie Blogger yang menekuni Food Photography rata-rata Gila Properti! Terkadang beli sendok cantik hanya 1-2 buah, piring unik 1 buah, berlembar-lembar serbet makan yang beda jenisnya…semua tidak genap jumlahnya, boro-boro satu set :). Silahkan baca bagaimana orang-orang Gila Properti ini berbagi cerita tentang properti-propertinya di sini. Kami mengumpulkan properti ini pun sedikit demi sedikit.
Foto-foto yang kami hasilkan pun sebisa mungkin gak asal jepret. Harus mikirin konsepnya dulu, stylingnya mau kayak apa, komposisinya gimana, properti pendukungnya apa, lightingnya mau gimana.
properti yg saya kumpulkan sedikit demi sedikit...lama2 bikin suami melotot
Proses ini belum berakhir di sini. Masih ada proses post processing dari foto-foto yang sudah diambil. Memilah-milah foto mana yang layak ditampilkan nanti di blog. Dari hampir ratusan jepretan,paling banyak hanya 5 foto yang dipilih. Hampir sebagian besar dari kami tidak menguasai software graphic canggih. Jangan kira kami lihai menggunakan Photoshop. Kami banyak menggunakan software-software editing photo gratisan semacam Picasa atau Picnik dari internet. Toh yang kami butuhkan tak banyak editing, paling-paling hanya menaikkan brightness contrast, meng-crop bagian yang tak diinginkan, memperkecil ukuran dan mencantumkan Watermark. Ini juga dilakukan di sela-sela kegiatan mengurus rumah dan anak-anak.
Setelah selesai, kami mulai menulis di blog, hasil uji coba kami terhadap sebuah resep berikut foto hasil akhirnya. Terkadang kami pun menyertakan foto step by step cara pembuatan sebuah makanan. Lagi-lagi di sela-sela waktu kami mengurus rumah tangga.
Bisa kamu bayangkan betapa kecewa, gemas, marah dan sedihnya kami jika karya-karya kami ini kemudian digunakan sebagian orang tak bertanggungjawab. Dipakai tanpa ijin, dicrop sana sini, dihilangkan watermark-nya. Foto yang kami hasilkan berjam-jam, bahkan mungkin memakan proses berhari-hari digunakan seenak jidat. Dan betapa gemasnya kami ketika kemudian karya-karya foto kami diperjualbelikan tanpa ijin, digunakan dalam buku resep dan diakui di foto oleh tim penulis buku mereka, dipasang di website-website beriklan, digunakan dalam buku menu restoran, dipakai dalam sebuah banner iklan produk makanan.
Dalam dunia blogging pun ada etikanya. Menggunakan hasil karya orang lain tidak bisa asal comot. Apa susahnya minta ijin? Atau cantumkan link/nama si pemilik foto. Kami para Foodie Blogger pun sudah punya aturan tidak tertulis dan etika ini pun sudah dipahami kami. Selalu mencantumkan dari mana sumber sebuah resep. Ini adalah bentuk penghargaan kami bagi sang penemu/pemilik resep. Kami semua bertanggungjawab untuk saling menghargai hasil karya orang lain.
Apalagi pada beberapa Food Blog sudah ada warning atau Disclaimer yang jelas-jelas tertampang, bahwa penggunaan foto harus dengan ijin pemilik foto. Tapi sepertinya orang-orang tak bertanggungjawab ini tidak peduli. Kami tidak mau mengakui blog masakan/makanan yang foto-foto dan resepnya asal comot, tidak diuji coba sendiri oleh mereka. Itu bukan cara kami untuk tetap eksis di dunia Food Blog/Food Photography.
Saya rasa etika ini bukan cuman berlaku untuk Foodie Blogger kan? Blogger lain pun pasti sudah paham dengan etika penggunaan hasil karya orang lain. Alasan internet adalah public domain bukanlah sebuah pembelaan diri yang tepat untuk asal comot sebuah foto. Bergaul di dunia maya pun ada etikanya, ada unggah ungguhnya. Banyak foto-foto kami yang sudah dilindungi Creative Common untuk melindungi hal-hal semacam ini terjadi tapi tampaknya memang banyak orang yang belum tahu dan tidak peduli.
Saya dan teman-teman Foodie Blogger berharap, semoga dengan tulisan ini bisa memberikan gambaran bagaimana sebuah food photos itu dihasilkan, bagaimana kami bekerja keras menguji coba resep dan melakukan sesi foto? Seperti saya katakan sebelumnya, Foodie Blogger tak pernah berusaha mencari keuntungan, tolong hargai hasil kerja kami dengan meminta ijin/mencantumkan kredit untuk kami. Senang rasanya kalau karya kami bisa dihargai dengan layak. Kalaupun kemudian foto-foto kami ingin dikomersilkan, marilah berbicara bisnis.
salam kenal mba :)
ReplyDeletefotonya bagus2 bangeeettt..!
ikut prihatin foto nya dicuri ga pke ijin gt, (fotonya bagus bgt sih) dan tampaknya mental org qta aja tuh yg tw sdri gmn, jadi semakin membuka peluang utk asal comot ..mudah2an masalahnya cepat selesai
hajar Dit!
ReplyDeletegw ga bisa moto-moto bagus... makanya kalo ngeliat poto lu gw udah cukup puas... Dan kasus gini emang harus dibabat, enak aja dia ga pake biaya fotografer segala trus dapet untung dari jualan buku (dnegan foto nyomot di inet).
Btw, kenapa ya Dit kok kalo foodie blog kok fotonya ga dikasi watermark yang "jahat". I mean, watermark tipis macam shutterstock aja gitu. Emang sih jadi kurang cantek, tapi menurut aku, daripada kejadian gini terus. Kesel hati gitu lho...
very nice food pictures. i love them.
ReplyDeletegw pun seneng motoin makanan hasil karya sendiri walopun dengan mba dita mah langit ke bumi... tega ya yang nyuri foto ini utk dipublish di buku resep...sedih :(
fotonya keren-keren..
ReplyDeletecahayanya bagus gitu, padahal cuma dari jendela, hehe.. semangat mba dit! semoga masalahnya cepet diberi kejelasan.. :)
ikut kecewa-sedih-marah, dit..
ReplyDeletefoto brokus roll-ku dulu dicuri camboga di buku browniesnya, diambil dari blog-ku yg (dulu) berbayar, padahal fotonya juga jauh dari bagus.
Tapi masalahnya bukan web-nya berbayar ato ngga, fotonya bagus ato ngga tapi rasanya kok ngga menghargai banget usaha orang.
lagi pula ini buku resep! jadi dia kan jualannya foto kan? arrrgh!
mudah2an masalahnya berakhir baik yaa...
Ngga' banget deh para maling2 foto. Ngga' tau apa kita dah capek masak trus kita foto, semua pake usaha. Dukung habis!!!
ReplyDeletecapek hati,capek bathin. Ga ada penyelesaian, akhir nya MP gue tutup juga tuh Dit, cape di maling coba :(
ReplyDelete*kagum* dengan usaha-usahanya membuat food photography terutama yang ngumpulin properti-properti unik dan pastinya yang ngumpulin honor utk beli alat pemotretnya.
ReplyDeletedimana-mana yang namanya foto, mau prosesnya ribet atau tidak ribet, tetap termasuk intellectual property, dimana orang gak boleh asal comot. yang gak ribet aja nyesek apalagi yang ribet kaya gini? udah itu cuma minta maaf lagi :))
lagian sejak kapan lagi flickr jadi tempat stock photos gratisan ~_~
utk penulis: semoga untuk kedepannya gak ada lagi kasus-kasus serupa ya, and keep our eyes drooling!! (lho emang bisa ya? *duagh*)
Mbak Dita, foto2nya ga dikasih watermark ?
ReplyDeleteSupaya ga dipake orang, sih sebaiknya diwatermark di PoI dari fotonya. Agak mengganggu gpp lah, yang penting ga dipake orang.
Uuuppsss...tapi kalo orang niat jahat, bisa aja foto dengan watermark itu tetep dipake ya :D
walah ada lagi to si kutukupret yang nyolong foto seenak udelnya dia mba...duch ikut prihatin ya mba...dipentung aja tuch
ReplyDeleteDulu ketika masih sekolah, saya termasuk orang yang asal comot foto kalau pas dikerjar target untuk menyelesaikan tugas karya tulis.
ReplyDeleteTapi belakangan, ketika saya berkenalan dengan dunia membuat web, elemen ini (foto dan gambar)ternyata begitu rumit dan membutuhkan ke "telatenan" tersendiri. Saya sendiri sudah membeli belasan majalah editing foto tapi hasil foto saya masih ga ada sak "kuku ireng"nya gambar yang ada di blog ini.
Tapi foto yang ada di beberapa blog dan situs saya yang dicomot orang lain. Untuk usaha saingan pula. Dongkol? Iya. Geli? Dikit. (Lah wong gambar saya yang ga fokus gitu kok diembat juga).
Biasanya saya terus berdo'a: "Ya Alloh, semoga engkau meningkatkan derajatku, menghapus dosa-dosaku, dan memudahkan urusanku atas peristiwa ini" (NB: Kalo ga salah Nabi pernah bilang: Do'a orang yang didzolimi itu mustajab alias manjur).
Btw, setelah itu saya kasi watermark agak ekstrim di foto-foto saya. (lalu saya mbatin: kok jadi norak gini ya?)
NB: Mbak Dita ini istrinya mas Didat ya? Saya banyak belajar dari beliau.
Dear Dita, turut simpati yaah..gak abis pikir ada orang yang bisa berbuat seperti itu :-( tapi jangan jd berhenti berkarya ya mbak..your work is amazing!
ReplyDeletesaya sendiri juga fotografer makanan... coba dikonfirmasi ke pihak penerbitnya. Kalo memang betul itu foto Anda, pasti dikasih kompensasi ^^
ReplyDeleteMba ditaaaaaaa..
ReplyDeleteAku liat poto wedangmu dijadiin banner disebuah warung makan di daerah bekasi...
aku mau alamat emailmu bole?
biar aku kirim potonya,sempet aku poto dr mobil soalnya..
Selly
(sellyihda@yahoo.co.id)
Mba dita..salam kenal..
ReplyDeletemba dit.. aku kmrn jalan2 kedaerah kemang (Bekasi) aku liat poto wedangmu mejeng didepan warung makan dijadiin banner gitu.. langsung aku jepret pake hp sambil ngumpet2, aku kayak familiar dengan foto itu, pas drumah aku cek bener, itu foto wedangmuu..plek plek sama persis..
mba dita..kalo mau potonya email ke aku yaa sellyihda@yahoo.co.id krn aku ga punya email mba dita..
thanks
Kira-kira sudah hampir setahun ini saya tergila-gila dengan food photography, bener2 jadi candu. Cuman masalahnya saya belum bisa masak sendiri, jadi ya kebanyakan saya motret masakan orang lain.
ReplyDeleteSekarang juga udah mulai ngiler kalau liat properti2 dapur yang cantik, hehe. Ngumpulin lah sedikit demi sedikit.
Soal pencurian foto itu, sejak awal saya sadar bahwa kalau sudah meng-upload foto di internet maka seolah semua orang bebas menggunakannya, tak peduli hak cipta. Kalau sekedar dipajang di blog orang lain dan untuk alasan non komersil, biasanya saya cenderung 'memaafkan'. Kalau punya niat dan tujuan baik biasanya mereka minta ijin dulu dan memberikan link dari mana foto itu didapat. Tapi kalau sudah digunakan oleh orang lain untuk tujuan komersil seperti yang mbak alami, saya ya marah2 juga \m/.
Sejauh ini saya hanya memproteksi foto2 karya saya dengan meng-upload foto beresolusi rendah dan membubuhkan bookmark di atasnya, ya cuman itu aja.
Terima kasih sharingnya, salam hangat dari Solo
trims untuk sharing & infonya, sangat inspiratif & juga kreatif
ReplyDeletefotonya KEREN mba:)
ReplyDelete